Pemkab Flores Timur Dukung Penuh Peralihan Menuju Siaran TV Digital

Siaran TV Digital
Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli, SH, MH (Foto: istimewah)

Masyarakat informasi Era Paska Kebenaran dan TV digital

Narasumber lain dalam pertunra ini adalah Anselmus Dorewoho Atasoge, akademisi dan pegiat media.

Beliau menjelaskan, ketika siaran TV digital mulai hadir memasuki berbagai ruang dalam hidup bermasyarakat, dalam konteks Indonesia yang juga bagian dari dunia international. Bahwa ada dua hal yang bisa dijembatani dengan hadirnya siaran TV digital. Dua hal ini menjadi kenyataan kita di dunia saat ini.

Menurutnya, Sekarang kita memasuki masyarakat modern yang berarti pendataran atau pelepasan sekat. Kemudian, terbagi menjadi dua yaitu realitas nyata dan realitas maya.

“Pada pelepasan sekat ini akan ada tiga karakteristik yaitu akses informasi sangat cepat melalui teknologi informasi digital. Sulitnya untuk melakukan verifikasi terkait asal- usul informasi. Dan, setiap produksi dan pengolahan informasi terkait dengan kapital sosial, ekonomi dan kekuasaan.” Beber Anselmus.

Maka dampaknya, akan adanya banjir informasi yang mengakibatkan kesulitan mencerna dan memverifikasi suatu informasi yang baik. Selain itu juga dapat mendisrubsi otoritas kepakaran yang sesungguhnya.

“Saat ini orang-orang lebih percaya kepada emosi dan keyakinan subjektif sebagai fakta Era Paska Kebenaran (Post Truth).”

“Artinya ketika mendapatkan suatu informasi mudah terpengaruh, mudah terprovokasi karena mendominasi penerimaan argumen daripada berdasarkan fakta yang sebenarnya. Inilah yang saya sebut kekacauan-kekacauan sosial.” Pungkas Anselmus.

Ia pun berharap agar tv digital ini mampu hadir sebagai jembatan pembangun peradaban kebenaran yang objektif di tengah hadirnya dunia fakta tadi (Realitas fakta dan Realitas maya). Selain itu, juga tv digital sebagai penguat karakter anak bangsa dengan menjadi media informasi pengetahuan serta pendidikan dan mediabtindakan sosial setiap manusia.

“Jalannya dengan menyiarkan konten-konten yang pure 100 persen produksi Indonesia dan terus mempromosikan karakteristik-karakteristik kebudayaan Indonesia dari sabang sampai merauke.” Demikia, Anselmus mengakiri pemaparannya.